Puluhan hektare sawah tadah hujan di sekitar Kota Martapura, Kabupaten OKU Timur, kini memasuki masa panen kedua atau panen musim gadu.
Sebelumnya sawah tadah hujan garapan petani ini kekurangan air karena curah hujan tidak menentu.
“Kendati sempat kekurangan air, panen musim gadu ini cukup lumayan dibandingkan dengan musim gadu tahun lalu,” kata Gusti, petani sawah tadah hujan di kawasan Bukit Sari Kelurahan Dusun Martapura, Minggu (8/8).
Gusti menyebutkan, sawah tadah hujan yang digarapnya tidak lebih dari setengah hektare yang ditanam dua kali setahun. Itu pun sawah sering kesulitan mendapatan air.
Sumber air satu-satunya adalah air hujan, di samping dari sumur bor yang dibuat secara swadaya dan berkelompok oleh petani yang sawahnya berdekatan.
“Setengah hektare ini paling menghasilkan gabah sekitar enam pikil (kuintal), sebab banyak bulir yang tidak terisi akibat kurangnya air,” kata Gusti.
Kekurangan air sawah tadah hujan ini juga dirasakan petani lainnya di Tebatsari.
“Waktu tanamnya dulu serentak, tapi saat berbuah tidak serentak. Jika mendapat pasokan air cukup, maka waktu berbuahnya normal. Tapi bagi rumpun padi yang tidak mendapat air, ada yang tidak sampai berbuah ada juga yang berbuah tapi kuningnya tidak serentak,” jelasanya.
Petani sawah tadah hujan ini mengaku, padi hasil panennya bukan untuk dijual melainkan sebagai stok pangan yang akan mereka konsumsi hingga tibanya musim tanam berikutnya.
“Umumnya petani sawah tadah hujan ini kalau panen padinya tidak dijual, tapi untuk dimakan sendiri,” kata beberapa petani sembari berharap ada upaya dalam bentuk bantuan yang diberikan pemerintah daerah untuk mengatasi krisis air yang kerap terjadi melanda sawah tadah hujan ini.
Sawah tadah hujan yang sudah panen pada musim gadu tahun ini meliputi kawasan Trukis Martapura, Pracak, Tebatsari, Kumpulsari, Pahangasri, Banumas dan di sekitar Desa Percaya.
No comments:
Post a Comment