Menurutnya, hanya sebagian kecil masyarakat yang mau menjadi petani padi. Hal itu disebabkan karena perimbangan harga antara beras dengan kebutuhan pokok sangat jauh bahkan dari satu kilogram beras, petani tidak mampu untuk membeli satu kilogram gula dan kebutuhan pokok lainnya.
“Keseimbangan harga sekarang tidak ada. Dengan menjual beras satu kilogram, petani tidak bisa mendapatkan gula atau minyak satu kilogram. Pemerintah tidak pernah berupaya membuat hal ini menjadi seimbang. Pemerintah terus memberikan dukungan terhadap petani padi, sementara mereka tidak berusaha melakukan perimbangan antara keduanya,” ujarnya Faisal beberapa hari lalu.
Faisal merunut, puluhan tahun sebelumnya, pada tahun 1990, harga beras yang mencapai Rp 400 rupiah per kilogram seimbang dengan harga gula dan kebutuhan pokok lainnya. Petani kata dia, tidak memperdulikan kenaikan harga beras. Mereka hanya berharap ada keseimbangan antara harga beras dengan kebutuhan pokok.
“Gaung tentang percepatan panen, pupuk organik, beras yang baik, terus dilakukan pemerintah. Namun jika kita lihat, sebagian besar pejabat negara ini tidak ada yang mau membuka lahan pertanian padi. Mereka justru berlomba-lomba membuka perkebunan. Hal itu mereka lakukan untuk mengambil keuntungan. Disini jelas bahwa untuk menjadi petani sawah bukan hal yang menguntungkan,” katanya.
No comments:
Post a Comment