“Kita akan terus berupaya lebih meningkatkan PKBL Pusri ini”
M Zain Ismed MBA
Manager Humas PT Pusri
TELAH lima dekade (1959-2009) lebih PT Pupuk Sriwidjaja (PusrI) menyumbangkan pengabdian tak terhingga kepada bangsa dan negara di bidang ketahanan pangan melalui produksi pupuk untuk membantu para petani meningkatkan produksi pertanian. Pengabdian tulus tersebut akan
terus dilakukan dan ditingkatkan hingga waktu yang tak terbatas. Inilah yang menjadi salah satu cita-cita para pendirinya. Pusri pun kini telah menjadi ikon dan kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan, terutama masyarakat kota Palembang, dan tentunya seluruh rakyat Indonesia.
Keberadaan Pusri tidak saja sangat penting artinya bagi para petani tapi juga bagi warga di lingkungan pabrik. Banyak warga di sekitar lingkungan pabrik telah merasakan kontribusi nyata dari Pusri dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi mereka melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Prorgram ini dulunya dikenal dengan program tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan (Corporate Social Responsibility/CSR) atau Community Development.
Program kepedulian terhadap lingkungan ini telah direncanakan dan dirintis sejak tahun 1970-an silam. Ini sebagai sebuah bentuk kesadaran manajemen mengenai betapa besarnya peran
lingkungan dan masyarakat sekitar dalam mendukung eksistensi perusahaan. Selain itu sebagai salah satu cara mengucapkan terima kasih dan juga agar masyarakat sekitar merasakan manfaat akan kehadiran Pusri sehingga terus mendukung kegiatan perusahaan.
Bentuk bantuan kepada warga lingkungan sekitar melalui PKBL Pusri yang dilakukan secara rutin sangatlah banyak, di antaranya pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan secara gratis yang dilakukan setiap tiga bulan sekali di lingkungan sepuluh RT. Kemudian pemberian paket
menyambut bulan puasa dan lebaran, bantuan biaya pendidikan untuk anak usia sekolah mulai tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA. Bantuan lain yaitu memberikan pelatihan keterampilan kepada para generasi muda yang belum memiliki pekerjaan sehingga mereka bisa hidup mandiri
atau menjadi sumber daya manusia (SDM) terampil siap pakai. Pelatihan keterampilan yang diberikan antara lain berupa montir dan las.
Itulah antara lain bentuk kepedulian Pusri terhadap warga di sekitar lingkungan perusahaan. PKBL Pusri juga telah masuk ke sektor pertanian. Kita akan terus berupaya lebih meningkatkan PKBL Pusri ini,” ujar Manager Humas PT Pusri, M Zain Ismed MBA, ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (11/3) lalu.
Ismed menambahkan, bentuk lain bantuan di bidang pendidikan berupa pembangunan fisik sekolah yang mengalami kerusakan. “Sudah banyak sekolah yang kita bantu kerjasama dengan dinas pendidikan,” katanya Ismed.
Usaha Kecil dan Koperasi
Pusri juga sangat peduli terhadap pengusaha kecil dan koperasi yang mengembangkan komoditi daerah. Contoh usaha kecil yang telah mendapat bantuan antara lain berupa industri kerajinan khas daerah seperti songket, kayu ukir khas Palembang, kerupuk atau kemplang Palembang, pempek, keramik, dan lain-lain. Banyak pengusaha kecil yang telah menjadi mitra binaan PT Pusri dan berhasil mengembangkan usahanya.
Untuk menjadi mitra binaan PT Pusri tidaklah sulit. Departemen Kemitraan Usaha Kecil dan Bina Wilayah telah menentukan karateristik dan spesifikasi pengusaha kecil dan koperasi yang bisa
dijadikan mitra binaan. Calon mitra harus berdomisili di lingkungan bisnis PT Pusri, memproduksi atau menjual produk maupun komoditas khas unggulan daerah dan berpeluang untuk ekspor. Selain itu produk tersebut juga harus dapat dipergunakan oleh PT Pusri dan jenis usaha yang diajukan sebaiknya berhubungan langsung dengan core bisnis PT Pusri.
Syarat-syarat untuk menjadi mitra binaan:
1. Usaha telah berjalan minimal 1-2 tahun.
2. Belum pernah mendapatkan bantuan dari BUMN pembina lain.
3. Mempunyai prospek untuk berkembang.
4. Usaha kecil dan koperasi yang diajukan belum termasuk katagori bankable.
5. Penjualan atau omzet per tahun maksimal Rp 1 miliar atau memiliki aktiva/aset maksimum Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan yang ditempati.
Bantuan pinjaman akan diberikan setelah melewati prosedur yang telah ditetapkan. Inti dari sebuah prosedur pemberian bantuan pinjaman di Pusri adalah proposal yang baik dan survey yang
terkontrol. Tahapan awal yang harus dilaksanakan adalah calon mitra binaan mengajukan permohonan kepada PT Pusri atau melalui Dinas/Badan Koperasi PKM Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada BUMN Pembina.
Berdasarkan permohonan tersebut PT Pusri akan melakukan pengkajian atau survey ke lokasi calon mitra binaan dengan memperhatikan aspek organisasi, aspek teknologi produksi dan bahan baku, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan lain-lain aspek yang memegang peranan penting untuk keberhasilan calon mitra binaan.
Dana pinjaman akan segera dikucurkan untuk permohonan atau proposal yang dinyatakan layak. satu-satunya syarat terakhir yang harus dilakukan adalah menandatangani surat perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Realisasi kucuran dana yang diberikan adalah pinjaman berbunga sebesar Rp 6 persen hingga 12 persen efektif per tahun, dengan jangka waktu dua tahun untuk modal kerja.
Meski berlokasi di Sumatera Selatan, Pusri tidak membatasi diri dalam Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi. Hingga Oktober 2009 wilayah lingkup binaan PT Pusri telah mencakup 13
provinsi dengan total 6.716 mitra binaan. Ke-13 provinsi tersebut terdiri dari Sumatera Selatan (3.982 mitra binaan), Bangka Belitung (140), Jambi (395), Bengkulu (380), Lampung (197), Jawa Timur (326), DI Yogyakarta (325), Sulawesi Selatan (172), DKI Jakarta (178), Sumatera Barat (75), Jawa Barat (231), Jawa Tengah (107), dan Bali (208). (Sumber: Ketahanan Pangan Strategi PKBL Pusri).
Selain bantuan pinjaman modal, PKBL Pusri melalui Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi juga memberikan pelatihan keterampilan dalam bidang produksi, manajemen, dan pengembangan
pribadi atau sikap mental sebagai pengusaha yang tangguh, profesional dan mandiri. Pusri juga membantu memasarkan atau pameran produk-produk yang dihasilkan oleh para mitra binaan. Pemasaran atau pameran tidak saja dilakukan di dalam tapi juga di luar negeri.
Sektor Pertanian
Sejak tahun 2003 PKBL Pusri mulai masuk ke sektor pertanian dalam bentuk ketahanan pangan. Kepala Departemen Kemitraan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan PT Pusri, Ir H Bambang Subiyanto
MM, yang juga pencetus program ini, dalam buku Ketahanan Pangan: Strategi PKBL Pusri, mengatakan, hal itu dilakukan dengan alasan karena petani tidak pernah diberi peluang lebih. Setiap panen para pekerja keras ini tidak bisa menikmati hasilnya karena harga yang bisa dipastikan selalu jatuh. “Petani tidak bisa memilih untuk menahan hasil panen karena tidak mempunyai fasilitas penyimpnanan,” ujar Bambang.
Pusri mencoba membantu petani dengan menyalurkan varietas bibit unggul yang dikawal teknologi. Proteksi dan pengawalan dilakukan dari pertama tanam hingga produk kering, giling, dan dijual. Dua daerah pertama yang dirintis adalah di Belitang Kabupaten OKU Timur dan Telang
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Upaya ini mampu menaikkan pendapatan petani hingga Rp 2 juta per bulan. Kenaikan panen juga meningkat 2-3 ton gabah kering giling per hektar. Selama empat bulan, pendapatan petani meningkat hingga Rp 14 juta. Kali pertama program ini
dijalankan hanya terdaftar 60 petani. Jumlah tersebut terus bertambah. Dan hingga saat ini PT Pusri telah membina 13.054 petani untuk luas lahan 16,6 ribu hektar, sedangkan dana yang disalurkan sebesar Rp 25.570.929.000.
Menurut Ismed, dana yang dialokasikan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan tersebut berasal dari laba perusahaan. Untuk bina lingkungan dialokasikan sebesar 1 persen dari keuntungan bersih sedangkan untuk program kemitraan sebesar 2 persen. “Itu persentase dasar yang ditentukan berdasarkan hasil RUPS. Persentase itu bisa saja lebih besar,” jelas Ismed.
Ismed menjelaskan, dana yang disalurkan PT Pusri melalui PKBL Pusri ke masyarakat melalui PKBL Pusri mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Sebagai contoh pada tahun 2007 dana yang tersalurkan sebesar Rp 13.157.639.000 dari rencana Rp 12.258.000.000, dan dana yang tersedia
sebesar Rp 15.333.454.998. Kemudian tahun 2008 mengalami peningkatan sangat signifikan yaitu sebesar Rp 27.172.085.000 dari rencana Rp 21.250.000.000 dengan total dana yang tersedia Rp 29.344.630.077, sedangkan di tahun 2009 sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008
yaitu sebesar Rp 25.215.330.800 dari rencana Rp 18 miliar dengan total dana yang tersedia sebesar Rp 27.670.342.006.
Industri Berwawasan Lingkungan
Manajemen PT Pusri menyadari betul bahwa sebuah pabrik yang menggunakan bahan kimia dalam pengoperasiannya bukan tanpa masalah. Dampak dari aktivitas produksi PT pusri yang dikeluhkan warga sekitar berupa bau yang bisa menyebabkan pusing hingga mabuk, bising, dan dampak lainnya.
Polusi dari pabrik yang cukup sering terjadi terutama bila sedang diadakan perawatan atau yang lebih dikenal dengan istilah Turn Around (TA). Prosedur rutin yang dilaksanakan demi kelancaran dan keamanan operasional pabrik ini menyebabkan pabrik melepaskan amoniak yang menjadi sumber bau dan pencemaran lain.
Pusri tentu tidak diam saja melihat kondisi itu. Namun niat tulus dan perhatian yang disampaikan kepada warga terkadang mengalami kendala sehingga mengganggu hubungan harmonis antara Pusri dan warga. Namun tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Setelah melalui perundingan akhirnya ditemukan solusi yang dinamakan Grand Barrier I atau Pembatas Besar I yang memberikan ruang antara pabrik dan lingkungan pemukiman.
“Grand Barrier I adalah program untuk mengatasi masalah. Program ini intinya adalah untuk menjauhkan masyarakat dari lingkungan pabrik sehingga dampak polusi dari pabrik dapat diminimalisasi. Program ini adalah bagian dari konsep industri berwawasan lingkungan,” ujar Ismed. sripo
No comments:
Post a Comment