
Ayah tiga anak ini menyambut hangat kedatang Sripo di kediamannya Desa Keromongan Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur, Rabu (3/3. Marwan terlihat sedang santai di teras. Di samping rumah permanen miliknya itu terparkir mobil Nissan Terrano BG 1251 Y warna biru favoritnya.
Sosok Marwan merupakan satu dari puluhan orang sukses yang menjalani bisnis jual buah duku komering yang terkenal hingga ke luar pulau Sumatera itu.
Marwan mengaku usaha yang digelutinya sekarang ini adalah usaha turun-temurun. Namun ia mengaku baru terjun langsung bisnis buah duku ini mulai dari tahun 1996 lalu dengan bermodalkan uang Rp 2 Juta.
Dari modal awal sejumlah itu usahanya terus maju pesat. Terbukti hingga saat ini dirinya sudah memiliki kebun duku sendiri sampai puluhan hektar di beberapa tempat. Mulai dari pesisir Komering (OKU Timur) hingga keluar kabupaten seperti di Lubuk Batang Kabupaten OKU, Kota Bumi Lampung. Ia pernah juga menjajaki bisnis buah dan batang duku ini hingga ke Provinsi Jambi.
Dari sekian tempat tersebut buah duku komering produksi dari OKU Timur paling laku di pasaran. Buah duku yang dihasilkan daerah ini memiliki rasa manis yang khas dan terkenal dengan buah yang besar-besar.
“Beda yang paling mencolok antara duku produksi OKU Timur atau duku asal Komering buahnya besar, kulitnya mulus, tidak ada biji dan rasanya manis. Sedangkan buah duku dari luar OKU Timur, berbiji besar, kulit buah banyak bintik dan rasanya agak asam,” paparnya membuka rahasia.
Marwan menegaskan, sebagai seorang yang menggeluti usaha jual beli duku ia sudah banyak merasakan asam garamnya bisnis buah ini. Jauh hari sebelum musim duku dirinya sudah mulai bergerak melakukan survei keluar masuk perkebunan duku milik warga. Baik di OKU Timur maupun di luar kabupaten.
Saat itu ia menawar semua buah yang ada di batang duku seharga Rp 150 ribu per batang. Jika penjualnya setuju maka ia menugaskan orang kepercayaan untuk memelihara dan menjaga batang duku yang telah diborongnya itu sampai panen tiba.
“Waktu panen, kita akan tetap menggunakan tenaga si pemilik kebun untuk memetik buah dari batang. Menyortir buah untuk dikemas ke dalam peti untuk diangkut dalam truk,” katanya.
Dalam sehari ia mampu mengirim tiga truk buah duku ke keluar daerah. Setiap mobil mampu memuat 300 peti duku dengan harga jual rata-rata antara Rp 130 hingga Rp 135 ribu/peti.
“Pembelinya penampung tetap yang sudah saling percaya. Keuntungan satu petinya rata-rata mencapai Rp 10 ribu,” imbuhnya.
Dari hasil bisnis buah duku ini suami dari Emirumda (35) dan ayah dari Anda Syaputra (15), Ariantomi (12) Sherly (4) ini mengaku bisa menghidupi keluarga dengan layak. Penghasilannya mencapai ratusan jika setiap tahun.
“Bisanya musim panen duku ini tidak serentak. Jika di satu wilayah habis, kita akan bergeser ke daerah lainnya yang sedang panen. Kondisi itu berlangsung selama enam bulan hampir di setiap tahunnya,” katanya.
Marwan tidak pernah khawatir bahwa suatu hari duku-duku miliknya bakal punah.
“Pemilik batang duku kadang sudah bisa memprediksi usia batang duku. Karena itu jika ada batang yang sudah tua mereka akan memelihara batang duku yang tumbuh secara alami di bawahnya,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Jurusan Fakultas Pertanian Unsri Ir Umar Harun, mengatakan kendala yang dihadapi petani duku adalah umur duku matang yang hanya bertahan empat sampai lima hari.
“Lebih dari itu kualitas duku turun, ditandai kulit warna hitam. Otomatis harganya jadi turun,” katanya. Sripo
No comments:
Post a Comment